Kamis, 09 Mei 2013

Manusia Dan Pandangan Hidup


Pandangan hidup pada dasarnya memiliki unsur-unsur, yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan. Cita-cita adalah sesuatu yang ingin digapai oleh manusia melalui usaha. Kebajikan dalam hal ini, adalah nilai yang menjadi patokan usaha yang harus ditempuh untuk menggapai cita-cita. Usaha adalah hal-hal yang diupayakan sebaik mungkin untuk menggapai cita-cita yang harus dilandasi oleh keyakinan . Keyakinan diukur dengan daya pikir akal, jasmani, dan sikap maupun rasa kepada Tuhan. Hal ini yang mencirikan bahwa unsur-unsur pandangan hidup di atas saling berkaitan. 

Manusia Dan Keadilan



Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran" .Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: "Kita tidak hidup di dunia yang adil". Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, karena definisi apakah keadilan itu sendiri tidak jelas. keadilan intinya adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya

Senin, 06 Mei 2013

Manusia Dan Pandangan Hidup



Contoh Kasus " Agama Tak Mesti Berbenturan Dengan Sains "

JAKARTA, KOMPAS.com — Agama atau kepercayaan apa pun dewasa ini menghadapi tantangan berat karena kemajuan sains dan teknologi yang pesat. Namun, agama dan sains tidak mesti dipertentangkan, justru harus dikritik, sejauh mana pemanfaatan sains dan teknologi yang pesat itu tidak mencederai manusia dan lingkungan.
Demikian persoalan yang mengemuka dalam seminar soal "Agama dan Bio Etika" yang dilaksanakan Majelis Buddhayana Indonesia bekerja sama dengan Indonesian Conference on Religion and Peace(ICRP) dan Kompas di Jakarta, Selasa (30/6). Hadir sebagai pembicara adalah Musdah Mulia, Romo Kees Bartens, dan Ven Karma Lekshe Tsomo.
Musdah mengatakan, jika kembali pada prinsip dasar, sebenarnya agama dan sains bertujuan untuk memberi kebahagiaan pada manusia. Ketika agama dijadikan pedoman hidup yang tidak menghakimi orang lain apalagi sebagai sumber konflik, agama dapat memberi pencerahan untuk manusia. Demikian juga sains dan teknologi yang dimanfaatkan dengan benar mampu membantu manusia. 
Banyak masalah baru yang dihadapkan ke agama. Dan, agama tidak mudah juga untuk menjawabnya. "Yang perlu dilakukan adalah memahami prinsip dasar agama itu. Tidak masalah jika perlu reinterpretasi dalam pemikiran agama," ujar Musdah. 

Manusia Dan Keadilan


Contoh Kasus "Jaksa dan hakim harus pakai hati nurani"


JAKARTA, KOMPAS.com — Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan Marwan Effendy menyatakan, hakim dan jaksa di Indonesia harus menggunakan hati nurani dalam menangani perkara.
Menurut dia, jangan sampai hakim dan jaksa hanya mengejar target dan menggunakan pandangan legalistik yang hanya berorientasi pada hukum tanpa keadilan. "Jaksa dan hakim harus menggunakan hati nurani untuk menangani perkara. Selama ini, kan, menggunakan legalitistik yang berorientasi pada hukum saja, bukan keadilan. Saya bertanya kenapa kepada yang memegang perkara itu, kasus kakao, sop buntut, dan lainnya itu diangkat, jawabnya karena sesuai dengan proses hukum, harus pakai hati nurani juga," ucap Marwan dalam diskusi Hukum dan Keadilan di Indonesia, Selasa (22/2/2011).
Menurut Marwan, sebagai penegak hukum, hakim dan jaksa tidak hanya banyak bicara, tetapi juga harus menekankan norma kemanusiaan. Manusia, tuturnya, harus juga diadili sebagai manusia karena mempunyai keluhuran budi. Jika hakim dan jaksa dapat mengedepankan kemanusiaan tersebut, otomatis hal ini akan membantu membangun proses peradilan yang berkeadilan.
"Bagaimana membangun proses peradilan yang berkeadilan, pertama ya mengedepankan norma kemanusiaaan. Manusia diperlakukan sebagai manusia karena punya keluhuran budi," kata Marwan.
Menurut dia, jika terus menggunakan pandangan legalistik, kasus-kasus ketidakadilan serupa akan terus muncul di Indonesia.

sumber : 

Opini :
menurut saya jaksa dan hakim memang harus menggunakan hati nurani saat mengadili client nya, agar  kasus yang sedang di adili dapat memperoleh keputusan yang tepat dan karena yang di adili adalah manusia jadi jaksa dan hakim harus bijak dan juga harus mengedepankan norma kemanusian agar prosses peradilan bisa berjalan dengan baik.
seperti artikel di atas "jika terus menggunakan pandangan legalistik, kasus-kasus ketidakadilan serupa akan terus muncul di Indonesia" maka dari itu hakim dan jaksa harus lebih mengedepankan norma kemanusian dan hukum yang berlaku.